BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kegiatan
Praktik Kerja Lapang ( PKL ) merupakan salah satu mata kuliah yang harus
dilaksanakan oleh setiap mahasiswa Teknologi Industri Hortikultura (TIH) semester VII Politeknik Pertanian Negeri
Kupang. Dengan dilaksanakan kegiatan PKL ini, diharapkan mahasiswa mampu
memperoleh tambahan ilmu pengetahun, keterampilan dan pengalaman dalam
melaksanakan dan mengevaluasi suatu usaha di bidang pertanian secara ekonomis
dan mandiri.
Pelaksanaan
PKL ini difokuskan pada kegiatan budidaya anggrek secara kultur jaringan.
Anggrek adalah tanaman hias yang cukup populer, karena memilik jenis yang beragam,
exotik, langka dan mengandung nilai estetika. Saat ini anggrek sangat disukai
oleh masyarakat karena anggrek merupahkan tanaman exot. Bentuk dan warna bunga
serta karesteristik lainya yang unik
menjadi daya tarik tersendiri dari spesies tanaman hias ini.
Indonesia
memiliki keanekaragaman anggrek spesies yang sangat besar, diperkirakan
terdapat ratusan jenis spesies anggrek yang terdapat di hutan indonesia. Tetapi
perkembangan dan budidaya tanaman anggrek di indonesia sangat minim, hal ini disebabkan karena
minimnya pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya anggrek. Masyarakat masih
membudidayakan tanaman anggrek secara konvensional. Teknik budidaya tanaman
dengan menggunakan metode konvensional dalam medium tanah atau pasir seringkali
menghadapi kendala teknis, lingkungan maupun waktu. Sebagai contoh perbanyakan
tanaman dengan menggunakan biji seperti anggrek memerlukan waktu yang relatif
lama dan seringkali hasilnya tidak seperti tanaman induknya. Kendala lain yang
juga sering muncul adalah gangguan alam, baik yang disebabkan oleh jasad hidup,
misalnya hama dan penyakit, maupun cekaman lingkungan yang dapat mengganggu
keberhasilan perbanyakan tanaman di lapangan. Kebutuhan akan bibit tanaman
dalam jumlah besar, berkualitas, bebas hama dan penyakit serta harus tersedia
dalam waktu singkat seringkali tidak dapat dipenuhi dengan menggunakan metode konvensional
baik secara generatif maupun vegetatif. Pertumbuhan dan perkembangan anggrek sangat
dipengarui oleh kondisi lingkungan, diantaranya faktor media tumbuh, perawatan yang intensif dan teratur (Satsijati,1991). Oleh karena itu, penulis memilih
judul kultur jaringan anggrek karena karena tanaman ini sangat sulit diperbanyak
secara konvensional, diperlukan suatu metode atau cara yang efektif dan efisien
serta cepat dalam memperkembangbiakan tanaman. kultur jaringan sebagai salah
satu metode perbanyakan tanaman dapat dipilih untuk mengatasi permasalahana
diatas. pada kultur jaringan tidak menutup kemungkinan ditambahkannya suatu zat
pengatur tumbuh untuk mempercepat regenerasi dan pertumbuhan dari jaraingan
tanaman sehingga tanaman baru yang dihasilkan dalam waktu singkat dan berjumlah
banyak.
1.2
Tujuan
dan Kegunaan.
1.2.1
Tujuan.
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan (PKL) ini adalah untuk
1.
Memiliki kemampuan
teknik dalam hal pembudidayaan anggrek secara
kultur jaringan
2.
Mampu menganalisis
kelayakan usaha tanaman anggrek yang dibudidayakan dengan kultur jaringan.
1.2.2
Kegunaan
:
Kegunaan
dari penulisan laporan PKL ini adalah
1.
Sebagai bahan informasi
bagi para petani, dan masyarakat luas tentang pembudidayaan
tanaman anggrek
2.
Sebagai wadah dalam menumbuhkan
jiwa kewirausahaan khususnya yang berkaitan dengan pembudidayaan tanaman
anggrek.
1.2.3
Waktu
dan Tempat Pelaksanaan PKL.
Kegiatan PKL ini
dilaksanakan pada tanggal 4 September
sampai 4 November 2012, bertempat di
Venus Orchid dan Nursery, Jln Supit Urang, Dusun Kragungan, Desa Tegalweru, Kec
Dau, Kabupaten Malang.
1.2.4
Metode
Penulisan.
Penulisan laporan PKL ini didasarkan
pada data dan informasi yang diperoleh dengan menggunakan metode partisipasi
aktif secara lansung mengikuti kegiatan di lapangan, dan didukung oleh hasil
diskusi (wawancara), serta dilengkapi dengan kajian dari berbagai sumber
pustaka.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Anggrek
Tanaman anggrek merupakan famili
yang memiliki jumlah keanekaragaman sangat besar yaitu terdiri dari 700 genus
dan 35 000 spesies yang tersebar di seluruh dunia (Puspitaningtyas dan
Mursidawati, 1999). Contoh dari genus anggrek yaitu Dendrobium, Phalaenopsis,
Renanthera, Vanda, Cattleya, Bulbophylum, dan masih
banyak genus lain. Anggrek umumnya hidup secara epifit di batang-batang pohon
di hutan tropis namun ada pula yang hidup secara terestrial di atas permukaan
tanah, saprofit atau lithofit (dipermukaan batu). Genus Phalaenopsis merupakan
anggrek yang hidup secara epifit.
Anggrek memiliki permukaan daun yang dilapisi kutikula (lapisan lilin)
yang dapat melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit. Kedudukan daun
tersusun secara berjajar berseling. Batang anggrek yang menebal merupakan
batang semu yang dikenal dengan istilah pseudobulb (pseudo-semu, bulb-batang
yang menggembung), berfungsi sebagai penyimpan air dan makanan untuk bertahan
dalam keadaan kering (Sastrapradja, 1980). Batang dan daun anggrek mengandung
klorofil, hal ini sangat membantunya memaksimalkan penyerapan sinar matahari
untuk fotosintesis dalam habitatnya di hutan yang minim cahaya. Klorofil pada
batang anggrek tidak mudah hilang atau terdegradasi walaupun daun-daunnya telah
gugur, oleh sebab itu anggrek juga memiliki julukan evergreen.
2.2.1. Klasifikasi tanaman anggrek
Kerajaan : plantae
Devisi : magnoliophyta
Kelas : liliopsida
Ordo
: asparagelas
Famili :
orchidacedea
Upfamily : epidendroideae
Bangsa : cymbidieae
Upbangsan :
cyrtopodiinae
Genus
: cymbidium swartz
2.2.2 Morfologi
Tanaman Anggrek
Seperti
tanaman lainya, tanaman anggrek juga terdiri dari atas akar, batang, daun, dan buah. Perbedaan tanaman anggrek dan
tanaman lainya terdapat pada bentuk bunganya. Berikiut ini beberapa ciri khas
tanaman anggrek.
1.
Akar
Akar anggrek berfungsi untuk menempelkan
tubuh tanaman pada media tanaman. Akar anggrek memiliki lapisan velamen yang
berongga, dimana lapisan ini berfungsi untuk memudahkan akar dalam menyerap air
hujan yang jatuh di kulit pohon atau pada tanaman anggrek. Dibawah lapisan
velamen terdapat lapisan yang mengandung klorofil. Akar anggrek epifit memiliki
beberapa rambut pendek bahkan ada yang nyaris tak berambut. Pada anggrek
terrestrial ( jenis tanaman anggrek tanah ), akarnya memiliki rambut yang cukup
panjang dan rapat yang berfungsi untuk menyerap air dan zat organik dalam
tanah.
Gambar 2.2.1. Akar Tanaman Anggrek
2.
Batang
Berdasarkan pola pertumbuhannya, tanaman
anggrek dibedakan menjadi dua tipe, yakni tipe simpodial dan monopodial.
1) Anggrek
simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama.Bunganya keluar dari
ujung batang dan akan berbunga kembali pada pertumbuhan anakan atau tunas baru
berikutnya, hanya anggrek jenis Dendrobium yang berbunga lewat sisi – sisi
batangnya. Contoh anggrek tipe simpodial antara lain Dendrobium Catteya,
Oncidium, dan Cymbidium. Biasanya
anggrek tipe simpodial ini bersifat epirit.
2) Anggrek
tipe monopodial adalah anggrek yang pertumbuhan batangnya lurus ke atas pada satu batang tanpa batas.
Bunganya keluar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe
monopodial ini antara lain vanda, Arachnis, Renanthera, Phalaenopsis, dan
Aerides.
Gambar
2.2.2.Batang Tanaman Anggrek
3.
Daun
Pada
tanaman anggrek , bentuk daun sangat tergantung dari jenisnya. Beberapa bentuk
daun anggrek adalah sebagai berikut.
1) Bentuk
silindris
Bentuk daunnya panjang
dan tumpul mirip pinsil. Daun seperti ini dijumpai pada anggrek “ vanda potlod
“ atau “ vandahookeriana”
2) Bentuk talang
Helaian daun yang kiri
dan kanan membentuk sudut, sehingga bentuk daunya menyerupai talang. Anggrek
jenis Aerides, Ascocentrum, Rhynchostylis adalah sebagai jenis anggrek yang
memiliki bentuk daun menyerupai talang.
3) Bentuk
sendok
Bentuk daunnya lonjong dan memanjang serta relatif tidak ada lekukan (datar). Daun seperti ini bias dilihat pada jenis anggrek Cattleya atau Bulbophyllum.
Bentuk daunnya lonjong dan memanjang serta relatif tidak ada lekukan (datar). Daun seperti ini bias dilihat pada jenis anggrek Cattleya atau Bulbophyllum.
4)
Bentuk daun
daun Anggrek bertunggangan
Daun mengimpit batang atau bagian pangkal daun diatasnya. Bentuk helaian daunya melebar kearah ujung. Bentuk daun yang bertunggangan ini terjapada anggrek Phalaenopsis dan Oberonia.
Daun mengimpit batang atau bagian pangkal daun diatasnya. Bentuk helaian daunya melebar kearah ujung. Bentuk daun yang bertunggangan ini terjapada anggrek Phalaenopsis dan Oberonia.
Gambar 2.2.3. Daun Tanaman Anggrek
4.
Bunga Anggrek
Bunga pada tanaman
anggrek umumnya memiliki tiga buah sepalum atau daun kelopak bunga. Satu buah
sepalum yang terletak di punggung dinamakan daun kelopak punggung atau sepalum
dorsal. Dua lainnya dinamakan daun kelopak samping atau sepala literalia. Daun
mahkota atau petala pada tanaman anggrek berjumlah dua.
Letak antara petala
yakni berseling dengan sepala, dimana di antara kedua petala itu terdapat
bagian yang dinamakan petalum atau bibir bunga. Pada pusat bunga terdapat suatu
alat yang berfungsi sebagai alat kelamin jantan dan betina, yang menjadi satu
bagian. Alat kelamin jantan dinamakan stemona atau benang sari, sedangkan alat
kelamin betina dinamakan tangkai putik atau gynosteminum.
Gambar 2.2.4. Bunga Tanaman Anggrek
5.
Buah Anggrek
Tanaman anggrek juga dapat menghasilkan buah, tentunya setelah melewati
masa persilangan. Setelah bunga diserbuki dan dibuahi, maka anta 3-9 bulan
kemudian muncullah buah yang sudah tua. Kematangan buah anggrek sangat
tergantung pada jenis anggreknya itu sendiri. Misalnya, pada anggrek
Dendrobium, buahnya akan matang dalam umur 3-4 bulan. Pada anggrek Vanda,
umumnya buah akan matang setelah 6-7 bulan. Sementara itu, pada anggrek
Cattleya, buah baru matang setelah 9 bulan. Buah anggrek merupakan buah
lentera. Artinya yakni buah akan pecah ketika matang. Bagian yang membuka
adalah bagian tengahnya, bukan di ujung atau pangkal buahnya. Bentuk buah
anggrek ini berbeda-beda setiap jenisnya.
Gambar 2.2.5. Buah Anggrek
2.2 Kultur
Jaringan Tanaman Anggrek
Suryowioto (1991), menyatakan bahwa kultur jaringan
dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel cultuus atau
gewebe kultur. Kultur jarigan adalah budidaya sekelompok sel yang mempunyai
bentuk dan fungsi yang sama. Maka, kultur jaringan adalah membudidayakan suatu
jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempuyai sifat seperti induknya.
Persentase keberhasilan kultur jaringan akan meningkat bila menggunakan jaringa meristem. Jaringan meristem
adalah jaringan muda yang terdiri dari sel-sel yang membelah, dindingnya tipis,
belum mempunyai penebalan dari zat pectin, plasmanya penuh dan vakuolanya
kecil-kecil. Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini untuk kultur jaringan sebab jaringan meristem keadaannya selalu membelah, karena mempunyai zat hormon yang
mengatur pembelahan. Metode perbanyakan dengan cara ini dapat menghasilkan tanaman baru dalam
jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif singkat. Cara perbanyakan tanaman
dengan kultur jaringan ini sudah dibuktikan di perkebunan kelapa sawit dengan
hasil yang baik dan menguntungkan. Kegunaan utama dari kultur jaringan ini adalah untuk
mendapatkan tanaman dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif singkat,
yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya
(Daisy, dkk. 1994).
Keberhasilan dalam teknologi serta pengggunaan in
vitro terutama disebabkan pengetahuan yang lebih baik tentang kebutuhan
hara sel dan jaringan yang dikulturkan. Media kultur jaringan terdiri dari komponen utama dan komponen tambahan.
Komponen utama meliputi garam mineral, sumber karbon (gula), vitamin dan
pengatur tumbuh. Komponen lain seperti nitrogen organik, berbagai asam organik,
metabolik dan ekstrak tambahan tidak mutlak, tetapi dapat meguntungkan
ketahanan sel dan perbanyakannya (Wetter dan Constabel, 1991).
Induksi kalus biasa menggunakan medium dasar, antara lain
medium Murashige dan Skoog (MS), Nitsch dan Nitsch, White, Heller, Vacin dan
Went (VW), Knudson C, N6, B5 atau Gamborg, Schenk dan Hildebradt (SH). Setiap
eksplan dari suatu tanaman mempuyai kecocokan terhadap suatu medium untuk mampu
tumbuh menjadi kalus. Dari hasil-hasil penelitian terbukti bahwa medium MS
paling digemari karena dapat digunakan untuk tanaman apa saja (Zulkarnain,
2009).
2.2.1 Syarat Pertumbuhan
Syarat
tumbuh adalah kondisi lingkungan dimana tanaman anggrek akan tumbuh dan kondisi
ini mutlak harus dipenuhi agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal.
1. Iklim
1)
Intensitas
cahaya
Untuk menjamin tumbuhnya anggrek secara optimal setiap jenis
anggrek memerlukan jumlah intensitas cahaya matahari yang tidak sama atau membutuhkan
intensitas cahaya yang berbeda – beda. Kebutuhan cahaya berbeda-beda tergantung
pada jenis tanaman anggrek.
Tabel 2.1.kebutuhan intensitas cahaya setiap jenis anggrek
No
|
Jenis
Anggrek
|
Nama dalam
bahasa Indonesia
|
Intensitas Cahaya
yang dibutuhkan
|
1
|
Dendrobium sp
|
Anggrek
Dendro
|
55 – 65 %
|
2
|
Phalaenopsis sp
|
Anggrek
bulan
|
10 – 30 %
|
3
|
Vanda sp
|
Anggrek
vanda
|
50 – 100 %
|
4
|
Cattluya sp
|
20 – 60 %
|
|
5
|
Paphiopedilum sp
|
Anggrek
Kasut
|
20 – 30 %
|
6
|
Oncidium sp
|
Anggrek oncidium
|
60 %
|
Sumber Venus
Orchids 2007
Pengaturan
intesitas cahaya matahari umumnya dengan cara membuat rumah lindung ( rumah
plastik ) dengan cara menggunakan paranet hitam/shading net dengan kemampuan
melindungi sinar matahari sekitar 50 – 60 % . Kelebihan maupun kekurangan dalam
memenuhi penyediaan kebutuhan intensitas cahaya ini akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anggrek.
2)
Suhu
Tanaman anggrek mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap suhu
udara,oleh tetapi setiap jenis anggrek
akan tumbuh pada suhu yang sesuai. Sebagai contoh : anggrek bulan
(Phalaenopsis) dikenal sebagai anggrek
beriklim dingin tetapi dapat tumbuh didaerah panas walaupun tidak sebaik di daerah beriklim dingin.
Tabel
2.2.suhu siang hari yang dibutuhkan
setiap jenis anggrek.
No
|
Jenis
Anggrek
|
Nama dalam
bahasa Indonesia
|
Suhu siang hari ( °
c )
|
1
|
Dendrobium sp
|
Anggrek
Dendro
|
25 – 27
|
2
|
Phalaenopsis sp
|
Anggrek
bulan
|
27
|
3
|
Vanda sp
|
Anggrek
vanda
|
28
|
4
|
Cattleya sp
|
20 – 25
|
|
5
|
Paphiopedilum sp
|
Anggrek
Kasut
|
27
|
6
|
Oncidium sp
|
Anggrek
oncidium
|
27
|
Sumber Venus Orchid 2007
3)
Kelembaban,
Pengairan , dan Sirkulasi Udara
Hampir semua jenis anggrek memerlukan kelembaban yang cukup tinggi
yaitu minimal 60 %.Penambahan air dapat dilakukan apabila kondisi kelembaban
menurun dan sebaliknya tidak perlu penambahan air pengairan apabila kelembaban
sudah tinggi atau memenuhi standar yang diperlukan. Kondisi udara terlalu
lambab dan terlalu kering menyebabkan tanman anggrek tumbuh tidak
optimal.Apabila kelembaban tinggi ini berlangsung cukup lama maka akan
mendorong tumbuhnya bakteri dan jamur.Oleh karena itu sirkulasi udara disekitar
pertanaman sangat dibutuhkan agar kelembaban dapat dikontrol ataupun diawasi.
2. Media Tanam
Untuk tumbuh secara optimal maka
diperlukan media tumbuh yang cocok untuk tanaman anggrrek . Ada persyaratan
umum yang harus dipenuhi media anggrek yaitu :
1.
Tingkat keasaman (pH) sekitar 5 – 6 ( netral).
2.
Mudah menyerap air.
3.
Padat tapi porus.
4.
Tidak mudah terurai sehingga dapat mengubah pH media.
Bahan – bahan yang umum digunakan
sebagai media tanam adalah bahan alam ( kulit pinus, pakis , kompos, dan sabut
kelapa ), bahan buatan ( arang, mos , kereweng ,potongan plastik ). Selain itu
bahan untuk penanaman anggrek adalah pot.Ada tiga macam pot yang dapat
digunakan yaitu pot tanah liat, pot plastik, dan pot pakis.saat ini lebih
banyak digunakan pot plastik karena mudah dibeli.
3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang cocok
untuk budidaya tanaman anggrek ( Prof. Dr. T. Adisarwanto,2007) dapat dibedakan
menjadi 3 macam yaitu:
1) Dataran rendah ( 0-500 m dpl)
1. Dendrobium
2. Vanda
3. Arachnis
2) Dataran medium ( 500 - 700
m dpl)
1.
Oncidium
2.
Phalaenopsis
3.
Dendrobium
3) Dataran tinggi ( < 700 m dpl)
1.
Phalaenopsis
2.
Cattleya
3.
Cymbidium
4.
Paphiopedilum
2.3 Pembudidayaan Tanaman Anggrek
Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan
melalui dua cara yaitu, konvensional dan dengan metoda kultur jaringan..
2.3.1 Budidaya Secara Konvesional
Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara konvensional
adalah sebagai berikut. Perbanyakan vegetatif malalui pemecahan/pemisahan
rumpun seperti Dendrobium sp., Oncidium
sp., Cattleya sp., dan Cymbidium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar
dari batang seperti Dendrobium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari
akar dan tangkai bunga seperti Phalaenopsis sp., yang selanjutnya ditanam ke
media yang sama seperti pakis, mos serabut kelapa, arang, serutan kayu,
disertai campuran pecahan genting atau batu bata. Perbanyakan secara vegetatif
ini akan menghasilkan anak tanaman yang mempunyai sifat genetik sama dengan
induknya. Namun perbanyakan konvensional secara vegetatif ini tidak praktis dan
tidak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena jumlah anakan yang
diperoleh dengan cara-cara ini sangat terbatas.
2.3.2 Budidaya Secara
Kultur Jaringan
Biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai
endosperm (cadangan makanan), sehingga perkecambahan di alam sangat sulit tanpa
bantuan jamur yang bersimbiosis dengan biji tersebut. Untuk menghasilkan bunga
dalam jumlah banyak dan seragam diperlukan tanaman dalam jumlah banyak pula.
Oleh karena itu peningkatan produksi bunga pada tanaman anggrek hanya dapat
dicapai dengan usaha perbanyakan tanaman yang efisien. Pada saat ini metode
kultur in vitro merupakan salah satu cara yang mulai banyak digunakan dalam
perbanyakan klon atau vegetatif tanaman anggrek. Kultur in vitro pertama kali
dicoba oleh Haberlandt pada tahun 1902, karena adanya sifat tanaman yang
disebut totipotensi yang dicetuskan oleh kedua orang sarjana Jerman Schwann dan
Schleiden pada tahun 1830.
Metode kultur in vitro yaitu menumbuhkan
jaringan-jaringan vegetatif (seperti : akar, daun, batang, mata tunas) dan
jaringan-jaringan generatif (seperti : ovule, embrio dan biji) pada media
buatan berupa cairan atau padat secara aseptik (bebas mikroorganisme). Secara
generatif, benih tanaman diperoleh melalui biji hasil persilangan yang secara
genetis biji-biji tersebut bersifat heterozigot. Sehingga benih-benih yang
dihasilkan mempunyai sifat tidak mantap dan beragam. Dengan cara ini untuk
mendapatkan tanaman yang sama dengan induknya sangatlah sulit, karena
persilangan anggrek telah berkembang demikian luasnya. Namun dengan cara ini
akan diperoleh varietas baru. Secara vegetatif yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan
vegetatif atau kultur jaringan seperti akar, daun, batang atau mata tunas pada
media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik. Dengan metode ini dapat perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara
cepat dan berjumlah banyak, serta sama dengan induknya.
.
BAB
III
KEADAAN UMUM LOKASI PKL
3.1.Sejarah Venus Orchid And Nursery
Venus Orchids didirikan pada tahun
2000 oleh Profesor.Dr.T.Adisarwtanto. Koleksi tanaman anggrek dimulai pada
tahun 1977, dengan cara memungut 30 tanaman anggrek berbagai species yang tumbuh
dipohon Asem Jawa sepanjang jalan Pasuruan, Probolinggo sampai Sintobondo.Pada
tahun 1978 pemilik perusahaan tersebut menjadi anggota PAI(Persatuan Anggrek
Indonesia) cabang Malang.Keterbatasan halaman rumah dan kesibukan kerja dan
meneruskan studi S2, maka penambahan koleksi tanaman anggrek menjadi
staknasi/berhenti dan tanaman anggrek seluruhnya mati.Setelah selesai S2 dan S3,maka
pada tahun 2000 dimulai lagi kegiatan koleksi tanaman anggrek species maupun
tanaman anggrek hibrida.
Venus orchids didirikan karena berbagai
pertimbangan, dimana tanaman anggrek
telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai tanaman hias unggulan nasional,
permintaan pasar tanaman anggrek baik didalam dan luar negeri semakin meningkat
potensi jenis anggrek yang melimpah, kondisi alam, tanah dan iklim yang
mendukung, sedangkan presentase jumlah
tanaman anggrek dalam negeri yang ditampilkan makin berkurang,
Berbagai
jenis tanaman anggrek species dan hibrida yang dikoleksi bertambah banyak
mendorong untuk juga melakukan penyilangan tanaman anggrek secara
selfing/sibling maupun penyilangan antar species /hibrida. Dari hasil
penyilangan dihasilkan kapsul buah yang cukup banyak sehingga ada kegiatan
tambahan yang dilakukan yaitu memperbanyak tanaman anggrek dengan kultur
jaringan kususnya kultur biji. Untuk itu dimulailah membuat ruangan labortorium
sederhana dengan ukuran 3 m x 3 m termasuk ruangan pemiliharaan bibit dalam
botol.
Pada
tahun 2004 sudah mulai ikut kegiatan bursan Anggrek Malang Orchid Show menjual berbagai jenis tanaman anggrek,tanaman
hias lainya dan menjual bibit anggrek dalam botol.
Penambahan
tanaman koleksi dan bertambahnya jumlah produksi bibit anggrek dalam
botol,memaksa untuk melakukan pengembangan usaha,tidak hanya dihalaman rumah
yang berukuran 3 m x 6 m,tetapi pada lahan yang lebih luas yaitu membeli tanah
pada akhir tahun 2005 dengan luas sekitar 4000 m, yang terletak di dusun
Kraguman, desa Tegalweru,kecamatan Dau,kabupaten Malang. Pembangunanah rumah
dan prasarana penunjang dimulai pada awal tahun 2006,dan berkembang terus
sampai sekarang.
Disamping
penyediaan benih untuk tanaman anggrek sebagai komoditi utama,juga melakukan
kegiatan penyediaan benih tanaman secara kultur jarungan pada tanaman
kentang,tanaman bunga krisan,tanaman nilam,serta tanaman pisang.
3.2. Lokasi Venus
Orchid Malang
Venus
orchid and nursery
merupakan usaha perseorangan yang terletak di daerah Kraguman, Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, kabupaten Malang.
3.2.1.Geografis
Desa atau Lokasi..
Adapun batas-batas dari Venus
Orchids
Sebelah
utara : Desa Semanding.
Sebelah
selatan : Desa Karang Ampel
Sebelah
barat : Tegalweru.
Sebelah
timur :
3.2.2.keadaan
tanah.dan iklim
Lahan
yang difungsikan untuk membudidayakan anggrek adalah tanah yang sangat subur dan PH tanah ± 6,5-7. Sedangkan iklim di venus orchid berkisar 23-
25 derajat celsius.
3.2.3,keadaan
penduduk
Venus
orcid berada di dusus kraguman,desa tegal weru kecamatan ddau kabupaten
malang.dimana mata pencaharian masyarakat dusun kragungan sebagian besar adalah
petani dan buruh tani. Komposisi penduduk asli suku Jawa,dan mayoritas penduduk memeluk
agama islam.
3.3.Struktur Organisasi
Venus Orchid And Nurseri
Organisasi
adalah sekelompok orang yang mempunyai hubungan kerja sama untuk tujuan yang
telah ditetapkan sehingga masing – masing tenaga kerja menjalankan tugasnya
secara baik, dan bertanggung jawab.
Pimpinan
|
Tenaga
Ahli
|
Bendahara
|
Tenaga
Lab
|
Tenaga
kebun
|
Gambar
3.3 struktur organisasi Venus Orchy
Rincian
tugas dan fungsi masing – masing bidang dan karyawan dapat dijabarkan pada uraian
berikut:
1. pengelola/pemilik
: sebagai pemimpin perusahan,pengadaan barang dan pemasaran
2. Tenaga
ahli : pengaturan dalam jalanya produksitanamananggrek
3. Bendahara
: menanganurusan keuangan
4. Tenaga
laboratorium : untuk pembuatan
media dan penanaman eksplan
5. Tenaga
kebun : pemiliharaan tanamana dewasa
3.4 Jadwal Kegiatan
Tenaga
kerja di venus orchid and nursery
bekerja 6 hari dalam satu
minggu,selama 5 jam per hari dari pukul 08.00 – 13.00, untuk
karyawan di labortorium apabila ada banyak bahan maka jam kerja ditambah sampai
pukul 15.00.dalampenambahan jam
kerjainitidakdiberikanpenamabahanupah.
3.5.Sebaran Tenaga
Kerja /Karyawan
3.5.1.Sebaran tenaga
kerja berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 3.5.1. Sebaran tenaga kerja berdasarkan
tingkat pendidikan
No
|
SD
|
SMP
|
SMU
|
SARJANA
|
jumlah
|
1
|
4 orang
|
1 orang
|
1 orang
|
1 orang
|
7 orang
|
Jumlah
tenaga kerja venus orchid and nurseri sebanyak 7 (tuju orang) yang terdiri dari 4 orang yng berpendidikan SD.1
Orang SMP,1 Orang SMU dan 1 Orang sarjana yang mempunyai tugas masing – masing, sesuai
dengan keahlian
3.5.2. Sebaran tenaga
kerja berdasarkan jenis kelamin, dan bidang Keahlian
no
|
Pria
|
wanita
|
Pembuatan
media
|
Penanaman
eksplan
|
subkultur
|
Perawatan
|
jumlah
|
1
|
2
orang
|
5
orang
|
1
orang
|
2
orang
|
1
orang
|
3
orang
|
7
orang
|
Jumlah
tenaga kerja venus orchid and nurseri sebanyak 7 (tuju orang) yang terdiri dari 2 orang pria dan 5 orang wanita
yang mempunyai tugas masing – masing, dimana dalam ruangan labortorium sebanyak
4 ( empat ) orang dan tenaga kebun 3 ( tiga ) orang
3.6.Penggajian/Upah
Karyawan
Sistem
penggajian pada Venus Orchid and Nuurseri
untuk karyawan diberikan mingguan. Penggajian setiap karyawan berbeda, untuk
tenaga kebun,subkultur,dan penanaman yang berpendidikan SD dan SMP sebesar Rp
100.000,00/minggu atau Rp.400.000,00/bulan,sedangkan untuk tenaga pembuatan
media dan penanaman yang berpendidikan SMU dan sarjana upah yang diberikan Rp.250.000,00/ minggu.
BAB V1
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Hasil
Penanaman (ininsiasi) adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang
akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan anggrek adalahi biji anggrek. Hasil penanaman (inisiasi) anggrek yang
dilaksanakan di Venus Orchid and Nursery kultur jaringan dapat dilihat pada Tabel.6.1
Tabel 6.1. Hasil penanaman (Inisiasi) Biji Anggrek Bulan
No
|
Tanggal Inisiasi
|
Volume
|
Jumlah keberhasilan
|
Jumlah kontaminasi
|
1
|
3 oktober 2012
|
3 botol
|
3 botol
|
0
|
Sumber Venus Orchid and Nursery
Hasil
penanaman (inisiasi) anggrek sebanyak 3 botol dengan tingkat
keberhasilan 3 botol dan jumlah kontaminasi 0 (nol), ini karena media dan eksplan yang digunakan benar – benar steril serta
teknik penaman yang benar.
Pengamatan tanaman anggrek setelah tanam
dilakukan setiap hari, selama sepuluh hari, diruangan inkublasi, selama
pengamatan tidak ada gejalah kontaminasi terutama pada media putih Vacin and
Went (VW) yang digunakan .
Multiplikasi dilakukan bertujuan untuk memindahkan atau memperbanyakan eksplan yang
akan tumbuh ke media VW yang baru. Kegiatan multipikasi tidak terlepas dari sterilisasi baik itu
sterilisasi ruangan, alat, dan laboratorium.
Tabel .6.2.Hasil Multipikasi Tanaman Anggrek
No
|
Tanggal Multiplikasi
|
Jlh sebelum
Multiplikasi
|
Jlh setelah Multiplikasi
|
Tingkat keberhasilan
(%)
|
1
|
12 oktober 2012
|
5 botol
|
15 botol
|
100
|
2
|
14
oktober 2012
|
5 botol
|
15 botol
|
100
|
3
|
17 oktober 2012
|
3 botol
|
9 botol
|
100
|
Jumlah
|
13 botol
|
39 botol
|
Sumber Venus Orchid and Nursery
Berdasarkan pada tabel 6.2.diketahui bahwa dimultiplikasi
berjumlah 13 botol dan setelah dimultiplikasi
berjumlah berjumlah 39 botol dari 3 kegiatan, dengan rata – rata
keberhasilan 100 %.
Tahap aklimatisasi (penanaman eksplan didalam pot) dilakukan dengan tujuan agar tanaman mampu beradaptasi dengan lingkungan. Hasil
aklimatisasi tanaman anggrek yang dilakukan di Venus Orchid and Nursery
ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 6.3.Hasil Aklimatisasi
Anggrek
No
|
Tanggal Aklimatisasi
|
Jumlah Botol
|
Jumlah Tanaman sebelum
Aklimatisasi
|
Jumlah Tanaman Mati
|
Tingkat keberhasilan
(%)
|
1
|
13 september 2012
|
5
|
90
|
45
|
50
|
2
|
15 september 2012
|
12
|
150
|
50
|
33,33
|
3
|
Jumlah
|
17
|
240
|
95
|
Sumber Venus Orchid and Nursery
Melihat
dari tabel 6.3. aklimatisasi yang dilakukan selama 3 kali, dengan jumlah 17
botol, jumlah tanaman sebelum aklimatisasi
240 tanaman,dan tanaman mati berjumlah 95 tanaman dengan rata-rata
tingkat keberhasilan
Tahap pemindahan eksplan (overpotting) adalah
suatau proses perpindahan anggrek dari satu pot ke pot yang lain berbeda
ukurannya. Adapun tujuannya adalah untuk memberi ruang yang lebih luas bagi
tamanan remaja untuk menjadi tanaman dewasa.
Hasil overpotting
tanaman anggrek yang dilakukan selama kegiatan PKL ditunjukan pada tabel 6.4
Tabel 6.4.Hasil Overpotting Anggrek di Venus
Orchid
No
|
Tanggal Overpotting
|
Jumlah Tanaman sebelum overpotting
|
Jumlah Tanaman Setelah Overpotting
|
Tingkat keberhasilan (%)
|
1
|
6 september 2012
|
12
|
12
|
100
|
2
|
7 september 2012
|
14
|
14
|
100
|
3
|
13 september 2012
|
10
|
10
|
100
|
4
|
19 september 2012
|
20
|
20
|
100
|
5
|
20 september 2012
|
20
|
20
|
100
|
6
|
25 september 2012
|
106
|
106
|
100
|
7
|
27 september 2012
|
50
|
50
|
100
|
8
|
28 september 2012
|
106
|
106
|
100
|
9
|
29, september 2012
|
117
|
117
|
100
|
10
|
3 oktober 2012
|
21
|
21
|
100
|
11
|
13 oktober 2012
|
20
|
20
|
100
|
12
|
19 oktober 2012
|
200
|
200
|
100
|
13
|
Jumlah
|
696
|
696
|
100
|
Sumber Venus Orchid and Nursery
Melihat
data pada tabel 6.4 menunjukan bahwa overpoting (pemindahan tanaman ). dilakukan
sebanyak 13 kali dengan jumlah tanaman sebelum overpoting 696 dan setelah
overpoting 696. Jumlah keberhasilan 100 %.
Pemisahan
anggrek (splitting) adalah tahap pemisahan
tanaman anggrek yang sudah dewasa. tujuan kegiatan splitting sama seperti
overpoting yaitu untuk memberi ruang
yang lebih luas bagi tanaman, agar tanaman tidak berkompotensi dalam mengambil
unsur hara.
Hasil splitting tanaman anggrek yang dilakukan selama PKL
ditampilkan pada tabel 6.5.
Tabel 6.5.Hasil Splitting
Anggrek di Venus Orchid
No
|
Tanggal splitting
|
Jumlah Tanaman
|
Jumlah Tanaman
Sesudah Splitting
|
Tingkat keberhasilan
(%)
|
1
|
17 september 2012
|
30
|
70
|
233,33
|
2
|
10 oktober 2012
|
20
|
45
|
225
|
3
|
Jumlah
|
50
|
115
|
229
|
Sumber Venus Orchid and Nursery
Melihat
dari tabel 6.5,dimana dalam splitting dilakukan dua kali, dengan jumlah tanaman
sebelum spliting 50 tanaman dan setelah
spliting jumlah 115 tanaman.tingkat keberhasilan rata-rata 229%
6.2
Pembahasan
Metode yang dilakukan di Venus Orcid baik
alat,bahan,dan prosedur kerja tidak ada
berbeda dengan yang lain dan sesuai dengan refrensi.
Hal –hal yang dilakukan
dalam budidaya anggrek secara kultur jaringan adalah
1. Penanaman
(inisiasi)
Tahap inisiasi,
tahap ini merupakan tahap penanaman eksplan yang steril ke dalam media Vacin and Went (VW) yang telah disiapkan. Sterilisasi eksplan dilakukan
agar eksplan bebas dari kontaminasi mikroorganisme. Selain dari bahan tanaman,
kontaminasi dapat pula berasal dari medium kultur, peralatan, ruangan yang
tidak steril, orang yang melakuan kegiatan inisiasi, dan proses sterilisasi
yang kurang sempurna. Mikroorganisme penyebab utama kontaminan adalah jamur dan
bakteri. Kontaminan dapat terjadi pada permukaan media, eksplan dan di antara
sel-sel atau di dalam sel tanaman.
2.
Tahapan multiplikasi
atau juga disebut subkultur.
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam
eksplan pada media. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk
merangsang eksplan agar lebih cepat bertunas dan menghasilkan tunas dalam jumlah
yang banyak. Tahap ini merupakan tahap dimana dilakukannya penggantian media,
dari media yang lama dipindahkan ke media yang baru. Dalam multipikasi anggrek dilakukan dalam keadaan yang benar – benar
steril baik alat maupun media dan teknik yang digunakan dengan benar, serta
penanaman planet dalam botol tidak menyentuh dinding botol dan media. Pengamatan
dilakukan setiap hari di ruanganinkubasi.
3. Tahapan
aklimatisasi
Tahap aklimatisasi merupakan tahap adaptasi bagi tanaman agar mampu
beradaptasi dengan lingungan. Pemindahan tanaman ke tanah dihadapkan pada
perubahan-perubahan lingkungan dan tanaman cenderung mengalami stress, kecuali
penanganan secara hati-hati terutama pada
penyiraman, dan suhu lingkungan yang sangat tinggi. Apabilah penaganan tidak
hati – hati maka tanaman anggrek tersebut akan mati.
4.
Tahapan pemindahan ke
individu pot (overpotting)
Tahap overpotting adalah suatau
proses perpindahan anggrek dari satu pot ke pot yang lain berbeda ukurannya bertujuan agar bibit anggrek dapat
hidup bersama dan bibit anggrek menjadi kuat dalam menghadapi suasana
lingkungan yang baru, dalam pot individu memakai pot berdiameter lebih besar (5
cm).
5. Tahapan splitting
Kegiatan splitting yaitu pemisahan anggrek
dari induknya, pemisahan ini dilakukan tanaman anggrek berumur ± 2 tahun. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan
ruangan yang bebas bagi tanaman anggrek serta membersihkan dari berbagai gulma
dan dilakukan pergantian media, agar tanaman anggrek bertumbuh subur dan indah.
Keberhasilan
yang dicapai budidaya tanaman anggrek secara kultur jaringan dimana penjualan
dimulai dari sejak dalam botol ,maka akan dapat mengurangi biaya operasional.dan
perbanyakan tanaman yaitu untuk
mendapatkan bibit tanaman dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif
singkat, serta mempunyai sifat morfologi dan fisiologi yang sama dengan
induknya. Perkembangan selanjutnya kultur jaringan digunakan untuk keperluan
program pemuliaan tanaman dalam upaya memperoleh keragaman genetik atau
karakter unggul secara efesien tanpa melalui proses persilangan yang
membutuhkan waktu yang relatif lama
Masalah
dalam kultur jaringan dapat menyebabkan kematian
eksplan. Gangguan kultur jaringan
secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, lingkungan kultur maupun
manusia yang melakukannya. Masalah yang muncul, antara lain Kontaminasi oleh
bakteri, jamur, virus, dan lain-lain. Agar terhindar dari kontaminasi maka
langkah-langkah pelaksanaan-nya harus mengikuti prosedur yang benar dan dalam
keadaan steril. Masalah tersebut jika tidak mengatasi cepat akan mempengarui
proses produksi tanaman dan pengembangan
usaha tersebut.
BAB V
ANALISIS USAHA TANAMAN ANGGREK
5.1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh hasil produksi. Komponen biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 5 . Biaya Tetap (Penyusutan Barang) budidaya tanaman anggrek sacara kultur jaringan di Venus Orchid Malang
NO
|
NAMA ALAT
|
JUMLAH
|
HARGA
SATUAN (Rp)
|
TOTAL
HARGA (Rp)
|
UMUR
EKOMOMIS (Tahun)
|
TOTAL BIAYA
(Rp)
|
1
|
Autoclave
|
2
|
5.000.000
|
10.000.000
|
6
|
1.666.667
|
2
|
Kompor
gas
|
2
|
400.000
|
800.000
|
6
|
133.333
|
3
|
Beker gelas
|
1
|
45.000
|
45.000
|
6
|
7.500
|
4
|
Erlemeyer
|
2
|
25.000
|
50.000
|
6
|
8.333
|
5
|
Petridis
|
4
|
25.000
|
100.000
|
6
|
16.667
|
6
|
PINSET
|
4
|
20.000
|
80.000
|
6
|
13.333
|
7
|
Pisau scapel
|
2
|
5.000
|
10.000
|
6
|
1.667
|
8
|
Timbangan analitik
|
1
|
1.000.000
|
1.000.000
|
3
|
333.333
|
9
|
Botol kultur
|
500
|
1.000
|
500.000
|
6
|
83.333
|
10
|
Tutup botol
|
500
|
500
|
250.000
|
6
|
41.667
|
11
|
Keranjang platik
|
4
|
15.000
|
60.000
|
4
|
15.000
|
12
|
Pengaduk
|
1
|
2.500
|
2.500
|
6
|
417
|
13
|
Lampu Bunsen
|
1
|
35.000
|
35.000
|
6
|
5.833
|
14
|
Tabung gas
|
2
|
1.000.000
|
2.000.000
|
6
|
333.333
|
15
|
Gelas ukur 100 ml
|
1
|
35.000
|
35.000
|
6
|
5.833
|
16
|
Kulkas
|
1
|
3.000.000
|
3.000.000
|
5
|
600.000
|
17
|
Enkas
|
1
|
2.000.000
|
2.000.000
|
6
|
333.333
|
18
|
Panci
|
1
|
10.000
|
10.000
|
6
|
1.667
|
19
|
Gunting
|
3
|
10.000
|
30.000
|
2
|
15.000
|
20
|
Parang
|
5
|
20.000
|
100.000
|
6
|
16.667
|
21
|
Sprayer
|
1
|
250.000
|
250.000
|
3
|
83.333
|
22
|
Ember bak
|
3
|
15.000
|
45.000
|
6
|
7.500
|
23
|
Baki
|
5
|
15.000
|
75.000
|
6
|
12.500
|
24
|
Pot
|
500
|
3.000
|
1.500.000
|
6
|
250.000
|
Total
|
3.986.250
|
Sumber venus orchid
5.2. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil
produksi. Komponen biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Biaya Variabel budidaya tanaman anggrek sacara kultur
jaringan di Venus Orchid Nursery Malang
Tabel.
Biaya variabel Produksi Anggrek secara kultur jaringan selama 1 tahun
|
|||||
No
|
Nama Bahan
|
Kebutuhan
per Tahun
|
Harga Satuan
(Rp)
|
Total Biaya
(Rp)
|
|
Jumlah
|
Satuan
|
||||
1
|
Agar agar
|
1,5
|
Kg
|
700.000
|
1.050.000
|
2
|
alkohol 96%
|
25
|
liter
|
60.000
|
1.500.000
|
3
|
Gula pasir
|
10
|
kg
|
14.000
|
140.000
|
4
|
Myoinositol
|
480
|
Gr
|
5.000
|
2.400.000
|
5
|
Nicotinic acid
|
2,4
|
Gr
|
3000
|
7.200
|
6
|
Thiamine
|
0,48
|
Gr
|
2.000
|
960
|
7
|
Glycine
|
9,6
|
Gr
|
1.500
|
14.400
|
8
|
Pyridoxine
|
2,4
|
Gr
|
1.500
|
3.600
|
9
|
KNO3
|
42
|
Gr
|
2.500
|
105.000
|
10
|
(NH4)2NO4
|
240
|
Gr
|
2.500
|
600.000
|
11
|
Ca(PO4)2
|
96
|
Gr
|
850
|
81.600
|
12
|
KH2PO4
|
120
|
Gr
|
21.000
|
2.520.000
|
13
|
MnSO.H2O
|
360
|
Gr
|
2.200
|
792.000
|
14
|
MgSO4.7H2O
|
120
|
Gr
|
4.000
|
480.000
|
15
|
FeSO4 H2O
|
133,44
|
Gr
|
3.000
|
400.320
|
16
|
Na2 EDTA
|
179,04
|
Gr
|
1.100
|
196.944
|
17
|
Kentang
|
12
|
buah
|
500
|
6.000
|
18
|
Pisang
|
60
|
buah
|
400
|
24.000
|
19
|
Bubuk arang
|
96
|
Gr
|
750
|
72.000
|
20
|
Bayclyn
|
5
|
liter
|
9.000
|
45.000
|
21
|
Kertas label
|
5
|
Pak
|
5.000
|
25.000
|
22
|
Gas LPG
|
2
|
36 kg
|
6.000
|
12.000
|
23
|
Fungisida
|
10
|
Kg
|
25.000
|
250.000
|
24
|
Pupuk NPK
|
100
|
Kg
|
1.000
|
100.000
|
25
|
Pupuk daun
|
20
|
Pak
|
15.000
|
300.000
|
26
|
Gelas aqua
|
250
|
buah
|
300
|
75.000
|
27
|
Arang aktif
|
10
|
karung
|
150.000
|
1.500.000
|
28
|
Mos
|
4
|
boks
|
400.000
|
1.600.000
|
29
|
Akar pakis
|
100
|
Kg
|
25.000
|
2.500.000
|
30
|
Insektisida
|
5
|
botol
|
45.000
|
225.000
|
Upah tenaga kerja
|
1
|
Tahun
|
1.680.000
|
1.680.000
|
|
Total
|
18.706.024
|
Sumber
Venus Orchid
Biaya produksi
Biaya tetap + biaya variabel
= Rp. 3.986.250
+ Rp.18.706.024R
= 22.692.274
5.3. Penerimaan
Jumlah produksi tanaman anggrek dalam satu tahun = 2500 tanaman.
Harga tanaman sendling = Rp. 20.000/tanaman
Harga x Jumlah produksi
= Rp. 20.000 x 2.500
= Rp 50.000.000
5.4. Keuntungan
Penerimaan – Total Biaya Produksi
= Rp. 50.000.000 – 22.692.274
= Rp 27.307.726
5.5. R/C Ratio
R/C Ratio
=
Penerimaan
Total Biaya
=
Rp.50.000.000
Rp.
22.692.274
= Rp. 2,2
Menurut Maspari (2011) jika R/C ratio > 1 maka usahatani layak
dikembangkan, R/C ratio < 1 maka usahatani tidak layak dikembangkan, dan R/C
ratio = 1 maka usahatani impas. Berdasarkan kriteria diatas maka hasil
perhitungan R/C ratio untuk usaha budidaya tanaman anggrek secara kultur jaringan sebesar
2,2. Artinya setiap pengeluaran sebesar 1 akan menghasilkan
keuntungan sebesar 2,2 atau total keuntungan yang diperoleh Venus Orchid dalam satu kali produksi yaitu = Rp 27.307.726 dari penjualan tanaman anggrek sebanyak 2.500 tanaman dengan harga
per bibit Rp. 20.000
Berdasarkan hasil analisis diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa usaha ini layak dijalankan karena dari nilai R/C (Revenue
cost ratio) lebih besar dari 1 (satu).